Exocet Di H225m Brasil, Proyek Gagal Indonesia
Pada dekade 1980-an, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) di bawah kepemimpinan Menristek B.J. Habibie tengah dalam masa keemasannya. Berbagai proyek diprakarsai, tidak hanya membuat helikopter berdasar lisensi Bolkow dan Aerospatiale, tetapi juga mempersenjatainya.
Pada akhir 1980-an, IPTN memodifikasi satu unit AS332F Super Puma milik TNI AL dengan perangkat radar Bendix 1500B sebagai radar surveilans maritim untuk penjejak kapal, dan radar Omega. Dua dummy rudal AM39 Exocet juga dipasang dengan dudukan strut di kiri-kanan fuselage untuk membuktikan konsep bahwa Super Puma dapat dijadikan helikopter serang maritim.
Proyek coba-coba ini akhirnya tak pernah lagi kedengaran kelanjutannya, pupus bersama krisis moneter yang datang menghantam pada 1997. Tercatat Cile dan Arab Saudi saja yang berhasil mengoperasikan Super Puma dengan rudal Exocet.
Tak dinyana, Brasil sebagai salah satu pengguna dan produsen terbesar helikopter angkut sedang H225M Caracal baru-baru ini telah memulai fase integrasi fungsi Caracal yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari Super Puma dengan sistem rudal anti kapal AM39 Exocet.
Dengan pabrikan lokal Helibras sebagai integrator dan Airbus Helicopter yang menyediakan asistensi teknis, Helibras berusaha memenuhi kebutuhan AL Brasil yang mencari platform intai maritim dan perang anti kapal permukaan. Proyek pembuatan versi serang maritim untuk Marinha do Brasil (AL Brasil) ini diberi nama H-XBR.
Untuk menjawab tuntutan tugas baru tersebut, maka Helibras pun memilih sejumlah sistem surveilans maritim untuk dipasang ke Caracal. Salah satunya adalah radar AN/APS-143(V3) Ocean Eye Surveillance Radar buatan Telephonics dengan kemampuan ISAR (Inverse Synthetic Aperture Radar) dan SAR (Synthetic Aperture Radar), sistem radar cuaca, serta transponder SART (Search & Rescue Transponder) untuk mendeteksi pelacak korban kecelakaan laut.
Dengan jarak deteksi sampai 200 mil laut, radar yang pada H225M dipasang pada pod di bawah kokpit tersebut dapat mendeteksi sasaran di atas permukaan, baik berukuran besar maupun kecil.
Konsol operator radar tersebut dipasang di dalam ruang kargo Caracal dimana seorang spesialis dapat menganalisa hasil tangkapan radar dan membandingkannya dengan informasi yang disajikan oleh sistem AIS (Automatic Identification System) yang mampu membaca transponder AIS yang terpasang di berbagai kapal dan membaca informasi yang disajikan. Kapal yang dicurigai dapat diperiksa oleh helikopter yang juga dilengkapi dengan sistem FLIR Thales Chlio yang dipasang di bawah hidung H225M untuk memastikan identitasnya.
Andaikan sasaran tersebut memang tidak dikenal dan penyusup yang harus dihancurkan, ini menjadi tugas rudal MBDA AM-39 Block 2 Mod 2 Exocet yang dibawa pada pylon yang digantung dengan menggunakan dua strut pada setiap sisi fuselage.
Rudal yang dipasang tersebut merupakan varian terbaru dari keluarga Exocet yang dapat dilepaskan dari wahana udara Perintah dan koordinat penembakan dapat diinput langsung oleh operator dari dalam helikopter. Selain konfigurasi dua rudal, H225M juga dapat membawa kombinasi satu rudal di sisi kiri dan probe pengisian bahan bakar udara di sisi kanan.
Setelah setahun penuh menjalani studi dan integrasi, satu H225M yang telah selesai menjalani modifikasi menjalani penerbangan perdana dari fasilitas Helibras di Itajuba pada 25 Oktober 2016. Setelah itu akan dilanjutkan dengan sertifikasi dari pihak militer Brasil yang diharapkan dapat selesai pada 2018. Secara total Brasil memesan lima H225M dengan kemampuan serang maritim, yang dikenal sebagai Operacio MB di dalam AL Brasil.
Pada akhir 1980-an, IPTN memodifikasi satu unit AS332F Super Puma milik TNI AL dengan perangkat radar Bendix 1500B sebagai radar surveilans maritim untuk penjejak kapal, dan radar Omega. Dua dummy rudal AM39 Exocet juga dipasang dengan dudukan strut di kiri-kanan fuselage untuk membuktikan konsep bahwa Super Puma dapat dijadikan helikopter serang maritim.
Proyek coba-coba ini akhirnya tak pernah lagi kedengaran kelanjutannya, pupus bersama krisis moneter yang datang menghantam pada 1997. Tercatat Cile dan Arab Saudi saja yang berhasil mengoperasikan Super Puma dengan rudal Exocet.
Tak dinyana, Brasil sebagai salah satu pengguna dan produsen terbesar helikopter angkut sedang H225M Caracal baru-baru ini telah memulai fase integrasi fungsi Caracal yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari Super Puma dengan sistem rudal anti kapal AM39 Exocet.
Dengan pabrikan lokal Helibras sebagai integrator dan Airbus Helicopter yang menyediakan asistensi teknis, Helibras berusaha memenuhi kebutuhan AL Brasil yang mencari platform intai maritim dan perang anti kapal permukaan. Proyek pembuatan versi serang maritim untuk Marinha do Brasil (AL Brasil) ini diberi nama H-XBR.
Untuk menjawab tuntutan tugas baru tersebut, maka Helibras pun memilih sejumlah sistem surveilans maritim untuk dipasang ke Caracal. Salah satunya adalah radar AN/APS-143(V3) Ocean Eye Surveillance Radar buatan Telephonics dengan kemampuan ISAR (Inverse Synthetic Aperture Radar) dan SAR (Synthetic Aperture Radar), sistem radar cuaca, serta transponder SART (Search & Rescue Transponder) untuk mendeteksi pelacak korban kecelakaan laut.
Dengan jarak deteksi sampai 200 mil laut, radar yang pada H225M dipasang pada pod di bawah kokpit tersebut dapat mendeteksi sasaran di atas permukaan, baik berukuran besar maupun kecil.
Konsol operator radar tersebut dipasang di dalam ruang kargo Caracal dimana seorang spesialis dapat menganalisa hasil tangkapan radar dan membandingkannya dengan informasi yang disajikan oleh sistem AIS (Automatic Identification System) yang mampu membaca transponder AIS yang terpasang di berbagai kapal dan membaca informasi yang disajikan. Kapal yang dicurigai dapat diperiksa oleh helikopter yang juga dilengkapi dengan sistem FLIR Thales Chlio yang dipasang di bawah hidung H225M untuk memastikan identitasnya.
Andaikan sasaran tersebut memang tidak dikenal dan penyusup yang harus dihancurkan, ini menjadi tugas rudal MBDA AM-39 Block 2 Mod 2 Exocet yang dibawa pada pylon yang digantung dengan menggunakan dua strut pada setiap sisi fuselage.
Rudal yang dipasang tersebut merupakan varian terbaru dari keluarga Exocet yang dapat dilepaskan dari wahana udara Perintah dan koordinat penembakan dapat diinput langsung oleh operator dari dalam helikopter. Selain konfigurasi dua rudal, H225M juga dapat membawa kombinasi satu rudal di sisi kiri dan probe pengisian bahan bakar udara di sisi kanan.
Setelah setahun penuh menjalani studi dan integrasi, satu H225M yang telah selesai menjalani modifikasi menjalani penerbangan perdana dari fasilitas Helibras di Itajuba pada 25 Oktober 2016. Setelah itu akan dilanjutkan dengan sertifikasi dari pihak militer Brasil yang diharapkan dapat selesai pada 2018. Secara total Brasil memesan lima H225M dengan kemampuan serang maritim, yang dikenal sebagai Operacio MB di dalam AL Brasil.
Belum ada Komentar untuk "Exocet Di H225m Brasil, Proyek Gagal Indonesia"
Posting Komentar
Hari ini adalah hari yang cerah untukmu...